Taubat adalah kebutuhan setiap manusia. karena mereka adalah mahluk yang sering
lupa dan salah, tapi syetan menghalang-halangi manusia untuk bertaubat. untuk
itu kami ketengahkan renungan tentang pribadi kita masing-masing untuk
bertaubat.
Maksiat...suatu kata yang sering terlintas bahkan melekat pada lingkungan disekitar saudara-saudara, bahkan pada kelakuan kita sehari-hari sendiri. Umumnya kita sudah sadar bahwa maksiat yang kita lakukan awalnya merupakan suatu dosa, kesalahan, kebodohan serta menganiaya diri sendiri.
Namun seiring dengan menganggap remeh kelakuan maksiat tersebut semakin sering pula kita menunda untuk bertaubat. Kejadian ini sebenarnya dapat segera diakhiri jika kita mau membuka hati dan akal kita lewat sebuah perenungan... keutamaan bertaubat.
Dalam renungan ini kita akan mengkaji sebuah ayat yang apabila iblis mendengarnya ia akan segera menangis dan menyesal. Sebuah ayat yang menyenangkan hati orang yang berdosa yang telah bertaubat, ajakan bagi orang yang lalai dan berlebih-lebihan agar segera berhenti dari perbuatan maksiatnya itu. Mari kita bersama-sama membaca ayat tersebut (yang artinya):
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri mereka sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya adalah ampunan dari Rabb mereka dan Surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.”(Ali-‘Imraan: 135-136)
Saudaraku yang tercinta, siapa di antara kita yang tidak pernah berbuat dosa? Siapa di antara kita yang tidak pernah bersalah terhadap Rabbnya? Dan apakah engkau mengira kesalahan-kesalahan kita hanya kita sendiri yang melakukannya dan belum pernah dilakukan orang lain? Sama sekali tidak. Sehari pun kita tidak bisa seperti malaikat yang sama sekali tidak pernah berbuat maksiat terhadap Allah subhaanahu wa ta’ala dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya. Akan tetapi kita adalah manusia yang sangat mungkin berbuat kesalahan.
Setiap hamba Allah yang shalih yang pernah engkau temui pastilah ia pernah berbuat kesalahan dan dosa. Ibnu Mas’ud radhiyalahu ‘anhu berkata kepada para sahabatnya yang mengikutinya,
”Kalau kalian mengetahui dosa-dosaku tentulah kalian akan melempariku dengan batu.” Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Seandainya kalian tidak berbuat dosa, niscaya Allah akan menggantikanmu dengan suatu kaum yang berbuat dosa, hingga mereka memohon ampunan dan Allah mengampuni mereka.” (H.R. Muslim)
Kita tidak luput dari kesalahan-kesalahan tersebut, bahkan kita tidak bakal terhindar darinya. Karena itu, marilah kita usir setan dengan istighfar yang bersumber dari hati kita atas kesalahan-kesalahan dan dosa –dosa kita yang telah lalu.
Marilah kita perbaiki taubat kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Hendaknya taubat kita benar-benar bersumber dari hati yang bersih, hingga sesuai dengan firman Allah (yang artinya):
“Ya Rabb kami, sesungguhnya kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni diri kami dan tidak memberi rahmat kepada kami niscaya kami pasti termasuk orang-orang yang merugi.”( Al-A’raaf: 23)
dan seorang penyair berkata,
“Wahai Dzat yang tempat bertumpu segala harapan dan tempat berlindung dari segala yang menakutkan, manusia tidak mampu membetulkan tulang yang Engkau patahkan dan tidak kuasa meretakkan tulang yang Engkau betulkan.”
Ketahuilah wahai orang yang dijaga oleh Allah, bahwasannya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallamy yang telah terpelihara dari dosa, masih bertaubat kepada Allah ‘azza wa jalla dan memohon ampunan-Nya dalam sehari lebih dari seratus kali. Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhumaa ia berkata, ”Terhitung Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sebelum berdiri dari majelis, beliau mengucapkan seratus kali .”Yaa Allah, ampunilah aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat dan Maha Pengampun.”(H.R. Tirmidzi, hasan shahih). Sedangkan kalian wahai orang yang telah berlebihan dalam berbuat dosa dan maksiat, hingga sebagian dari kalian menganggap bahwasannya Allah tidak menerima taubatnya apabila ia bertaubat, saya katakan kepada kalian, jangan khawatir, pintu taubat masih terbuka untuk kalian semua.
Saya katakan ini kepada kalian dari lubuk hati yang mengharapkan kebaikan atas diri kalian dan orang-orang semacam kalian. Dengarkanlah, Allah subhaanahu wa ta’ala telah menyeru kepadamu dalam firman-Nya (yang artinya):
“Wahai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputu asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Rabbmu dan berserahdirilah kepada-Nya.”(Az-zumar: 53-54),
justru ketahuilah wahai saudaraku, sesungguhnya Allah subhaanahu wa ta’ala senang dengan taubatmu.
“Allah sangat senang dengan taubat hamba-Nya di kala bertaubat daripada salah seorang di antara kalian yang sedang naik kudanya di tanah yang tandus. Kemudian kuda itu melarikan diri dengan membawa perbekalannya, berupa makanan dan minumannya sehinga ia berputus asa. Kemuian ia mendatangi sebuah pohon dan merebahkan dirinya di bawah naungan pohon dan sudah dihinggapi putus asa memikiran kudanya. Di saat kalut seperti itu, tiba-tiba kudanya sudah berdiri di hadapannya. Dengan segera ia mengambil tali kekang kudanya, dan dengan gembira ia berkata,” Yaa Allah Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhan-Mu”, ia salah ucap karena kegembiraannya yan meluap.”(H.R. Bukhari dan Muslim).
Suatu hari ada seseorang yang datang kepada Nabi shalallahu ‘alahi wa sallam dan bertanya kepada beliau, ”Bagaimana jika seseorang melakukan semua perbuatan dosa tanpa satu pun dosa yang belum pernah ia lakukan, apakah ia masih bisa mendapat pengampunan? Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam balik bertanya, ”Sudahkah engkau masuk Islam?” Orang itu menjawab, ”Saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak untuk disembah selain Allah dan engkau adalah utusan-Nya.” Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda, ”Mulailah engkau mengerjakan berbagai kebajikan dan meninggalkan segala kejahatan, niscaya Allah akan menjadikan semua itu sebagai kebajikan bagimu.” Orang itu bertanya lagi, ”Apakah kesalahan dan kejahatan saya diampuni?” Beliau menjawab , ”Ya!” Orang itu segera bertakbir berulang-ulang hingga ia meninggalkan Nabi shalallahu ‘alahi wa sallam. *)
Wahai orang yang fakir di hadapan Tuhan, meski engkau kaya di duniamu, apalagi yang engkau inginkan setelah datangnya kabar gembira ini? Kembalilah kepada Tuhanmu, karena kembali kepada Tuhan itu lebih terpuji bagimu di dunia maupun di akherat. Di dunia mendapatkan ketenangan hati, kelapangan dan kemudahan rezeki.
“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.”(Ath-Thalaq: 2-3).
Bila ia tidak mendapatkan rezeki berbentuk harta , ia akan mendapatkan rezeki berbentuk bertambahnya keimanan. Sedang di akherat, ia mendapatkan:
“Surga ‘Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka. Di dalamnya mereka bertelekan (di atas dipan-dipan) sambil meminta buah-buahan yang banyak dan minuman di Surga itu. Dan pada sisi mereka (ada bidadari-bidadari) yang tidak liar pandangannya lagi sebaya umurnya. Inilah yang dijanjikan kepadamu pada hari hisab. Sesungguhnya ini adalah benar-benar rezeki dari Kami yang tiada habis-habisnya.”(Shaad: 50-54).
Allah berfirman dalam sebuah hadits qudsi:
“Wahai para hambaku, kalian semua tersesat kecuali yang aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepadaKu, niscaya Aku akan beri petunjuk.”(H.R.Muslim).
Saudaraku,--semoga Allah menerima taubat kita—renungkan cerita berikut ini. Ambillah hikmah dan pelajaran daripadanya, tetapi sebelumnya renungkanlah ayat berikut ini (yang artinya):
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepada mereka, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasiq.”(Al-Hadid: 16).
Saya pernah bertemu dengan seorang Syaikh yang shalih dan jujur, beliau ini berkata kepadaku, ” Di samping kami ada sebuah keluarga kecil, di antara anggota keluarganya ada seorang pemuda yang usianya baru mencapai sekitar duapuluh tahun. Ia sangat menyenangi lagu-lagu hingga ia jatuh cinta dengan seorang penyanyi perempuan.
Saya seringkali menasihatinya bila ada kesempatan. Kadang-kadang saya menakut-nakutinya dengan siksa Neraka, bila saya selesai menasihatinya, kadang air matanya mengalir, bahkan kadang-kadang menangis, lalu ia berjanji untuk tidak melakukan perbuatannya itu. Akan tetapi hal itu tidak berlangsung lama, karena kemudian ia mengingkari janjinya.”
Pada suatu malam, saya ceritakan kepadanya tenang Surga dan siksa Neraka, kemudian ia menangis sekeras-kerasnya hingga saya merasa kasihan kepadanya. Seorang penyair berkata,
“Mataku berlinang, menangisi diriku yang telah bermaksiat kepada Tuhan, siapa yang lebih berhak dari diriku dengan bersedih hati dari berbagai dosa yang terputus ujungnya
kau tak kuasa menghalangi maksiat dan dirimu tak takut terhadap Tuhanmu
kau bertaubat di pagi hari dan kau batalkan di sore hari
kau batalkan janji-Nya dari waktu ke waktu seakan-akan Allah tidak melihatnya.”
Saya merasa kali ini nasihat saya akan mampu mempengaruhinya, maka saya katakan kepadanya,” Kemarikan tanganmu!”, Ia pun memberikan tangannya kepada saya, dan saya katakan kepadanya,” Berjanjilah kepada Allah kemudian kepadaku untuk tidak mengulangi lagi perbuatan itu!”, Ia pun berkata , “ Saya berjanji kepada Allah kemudian kepada anda untuk tidak mengulangi lagi perbuatan itu.”
Pada pagi harinya ia datang kepada saya sambil membawa kaset-kaset lagu dan berkata kepada saya,” Ambillah kaset-kaset ini dan bakarlah, hancurkanlah atau terserah mau anda apakan, yang penting, bebaskan saya dari kaset-kaset ini, bebaskanlah saya dari penyakit hati yang telah melalaikan saya dari shalat dan mengingat Rabb bumi dan langit.” Saya pun berkata,” Maha suci Dzat yang membalikkan hati, katakan apa yang terjadi?”
Anak muda itu pun berkata kepada saya, “ Setelah saya meninggalkanmu tadi malam, saya langsung pulang ke rumah lalu tidur. Dalam tidur itu saya bermimpi berjalan di sebuah pantai. Tiba-tiba saya bertemu dengan salah seorang teman yang berkata kepada saya, “ Apakah engkau suka seorang wanita Fulanah?”, Saya pun menjawab, “ Ya!”, Ia berkata ,”Ia di sana sedang menyanyi.”, Saya pun segera berlari, berlari dan berlari karena ingin segera melihatnya, karena saya sangat mencintainya, ketika saya sudah kelelahan, saya sampai dan melihatnya sedang menyanyi. Saya sangat terkesan dengan wanita itu dan suaranya.
Ketika dalam keadaan demikian, tiba-tiba saya merasakan sebuah tangan yang memegang pundak saya, saya pun menoleh, yang terlihat adalah sebuah wajah yang bersinar seperti bulan purnama, dihiasi jenggot yang indah, tampak pada wajahnya cahaya kebaikan. Ia membacakan sebuah ayat kepadaku (yang artinya),
“Maka apakah orang yang berjalan di atas mukanya itu lebih banyak mendapat petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?”(Al-Mulk: 22).
Dia mengulang-ngulang ayat tersebut dengan suara merdu, dan mulai menangis hingga saya terpengaruh olehnya, maka mulailah saya menangis sambil mengulang-ngulang ayat itu, tiba-tiba saya terbangun sembari mengulang-ngulang ayat tersebut. Saya pun menangis kemudian ibu saya masuk. Sewaktu melihat saya menangis seperti itu ia pun terpengaruh dan ikut menangis bersama saya.
Syaikh berkata,” Setelah itu, anak muda tadi menjadi sangat benci dengan nyanyian dan mulai menyenangi membaca Al-Qur’an dan menikmatinya, saya bisa melihatnya dari air matanya yang mengalir dari kedua matanya ketika membaca membaca Al-Qur’an.”
Saudaraku catatlah baik-baik kisah taubat ini dengan pena kerinduan dan tinta air mata, berusahalah selalu mengutamakan untuk rendah hati menuju pintu ketenangan, mohonlah peningkatannya, terkadang permintaan itu dikabulkan. Menangislah atas segala dosa maupun sedikit syukur.
Maka ketahuilah bahwa seseorang itu mungkin saja berbuat dosa, namun ia akhirnya masuk Surga karena dosanya itu. Tahukah engkau, bagaiman hal itu bisa terjadi? Yang demikian itu bisa saja terjadi karena ia melakukan suatu perbuatan dosa, namun ia menyesali, menangis karena perbuatan itu, dan ia malu terhadap Rabbnya, menundukkan kepala di hadapan Rabbnya dengan hati yang hancur. Dosa sedemikian inilah yang menjadikan kebahagian seorang hamba dan keberuntungannya, bahkan bisa jadi lebih bermanfaat dari berbagai macam kebajikan, karena taubatnya dari dosa ini telah menjadikannya masuk Surga.
Wahai pendamba Surga, wahai orang yang takut akan siksa Neraka, inilah sekelompok cerita orang yang telah bertaubat, adakah engkau akan berjalan di belakang mereka?. Inilah sekumpulan orang-orang yang telah bertaubat, adakah hatimu juga bersama mereka?. Inilah orang yang memohon ampunan yang air matanya mengalir di wajah-wajah mereka, adakah wajahmu juga basah oleh air mata yang menjadikanmu segolongan dengan mereka?
Saudaraku, ini adalah ajakan yang jujur dari Allah ‘azza wa jalla, yang telah berfirman (yang artinya),
“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang beriman supaya kamu beruntung.”(An-Nuur: 31).
Sesuatu yang harus saya peringatkan juga kepada kalian, sebenarnya tidak ada manfaatnya bagi kalian untuk menghibur kesedihan kalian ini dengan cara mendengar lagu-lagu, atau melihat pertandingan sepak bola yang kadang kalah kadang menang, atau jalan-jalan kelua rumah, apalagi mencari kesenangan dengan perbuatan haram, sama sekali tidak ada manfaatnya, saudaraku itu bukanlah caramu. Itu cara-cara orang yang telah Allah ceritakan tentang mereka dalam ayat-Nya,
“Dan orang-orang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang dan Neraka adalah tempat tinggal mereka.”(Muhammad: 12)
Saudaraku, engkau jauh masih lebih baik dari mereka!, engkau diciptakan di dunia ini untuk suatu perkara yang agung, engaku dipersiapkan untuk menerima tanggung jawab yang besar. Seorang penyair berkata,
“Mereka telah mempersiapkan untukmu suatu perkara, jika engkau pintar, maka jauhkan dirimu dari kesia-siaan.”
Saudaraku,…
Jika tujuanmu sekarang tak lain dan tak bukan adalah keridhaan Yang Maha Esa dan Maha Perkasa, maka lihatlah kepada amal perbuatanmu, apakah amalmu itu menjadikan Rabbmu meridhaimu atau tidak? Jika keinginanmu sekarang adalah Surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, maka perhatikanlah apa yang telah engkau lakukan untuk menjadikanmu masuk Surga?
Renugkanlah dengan jujur dan ketahuilah bahwasannya mungkin saja engkau tidur dan tidak akan bangun lagi, atau mungkin saja engkau keluar dari rumahmu dan engkau tidak kembali lagi, atau kau kenakan pakaian yang tidak akan pernah kau buka lagi. Maka keadaan seperti apa yang engkau inginkan di saat engkau harus meninggalkan duniamu?
Saudarakau,…
Pada akhir renungan ini, saya ungkapkan kepadamu apa yang telah disabdakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam,
“Sesungguhnya Allah membuka tangan-Nya pada malam hari agar orang yang berbuat kejahatan pada siang hari mau bertaubat, dan Dia membuka tangan-Nya pada siang hari, agar orang yang berbuat kejahatan pada malam hari mau bertaubat.”(H.R. Muslim) *)
Akan tetapi ia mengamalkan syahadat dengan semua konsekuensinya, tidak sekedar mengucapkan dengan lisannya saja. hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bazaar dan Ath-Thabraani terdapat dalam kitab At-Targhib wa Tarhib karya Al-Mundziri
Diambil dari buku “Jagalah Dirimu” karya ‘Abdul Muhsin bin ‘Abdul Jabar hal 38-51 Penerbit DARUL HAQ Jakarta, dengan beberapa perubahan.
Maksiat...suatu kata yang sering terlintas bahkan melekat pada lingkungan disekitar saudara-saudara, bahkan pada kelakuan kita sehari-hari sendiri. Umumnya kita sudah sadar bahwa maksiat yang kita lakukan awalnya merupakan suatu dosa, kesalahan, kebodohan serta menganiaya diri sendiri.
Namun seiring dengan menganggap remeh kelakuan maksiat tersebut semakin sering pula kita menunda untuk bertaubat. Kejadian ini sebenarnya dapat segera diakhiri jika kita mau membuka hati dan akal kita lewat sebuah perenungan... keutamaan bertaubat.
Dalam renungan ini kita akan mengkaji sebuah ayat yang apabila iblis mendengarnya ia akan segera menangis dan menyesal. Sebuah ayat yang menyenangkan hati orang yang berdosa yang telah bertaubat, ajakan bagi orang yang lalai dan berlebih-lebihan agar segera berhenti dari perbuatan maksiatnya itu. Mari kita bersama-sama membaca ayat tersebut (yang artinya):
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri mereka sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya adalah ampunan dari Rabb mereka dan Surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.”(Ali-‘Imraan: 135-136)
Saudaraku yang tercinta, siapa di antara kita yang tidak pernah berbuat dosa? Siapa di antara kita yang tidak pernah bersalah terhadap Rabbnya? Dan apakah engkau mengira kesalahan-kesalahan kita hanya kita sendiri yang melakukannya dan belum pernah dilakukan orang lain? Sama sekali tidak. Sehari pun kita tidak bisa seperti malaikat yang sama sekali tidak pernah berbuat maksiat terhadap Allah subhaanahu wa ta’ala dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya. Akan tetapi kita adalah manusia yang sangat mungkin berbuat kesalahan.
Setiap hamba Allah yang shalih yang pernah engkau temui pastilah ia pernah berbuat kesalahan dan dosa. Ibnu Mas’ud radhiyalahu ‘anhu berkata kepada para sahabatnya yang mengikutinya,
”Kalau kalian mengetahui dosa-dosaku tentulah kalian akan melempariku dengan batu.” Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Seandainya kalian tidak berbuat dosa, niscaya Allah akan menggantikanmu dengan suatu kaum yang berbuat dosa, hingga mereka memohon ampunan dan Allah mengampuni mereka.” (H.R. Muslim)
Kita tidak luput dari kesalahan-kesalahan tersebut, bahkan kita tidak bakal terhindar darinya. Karena itu, marilah kita usir setan dengan istighfar yang bersumber dari hati kita atas kesalahan-kesalahan dan dosa –dosa kita yang telah lalu.
Marilah kita perbaiki taubat kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Hendaknya taubat kita benar-benar bersumber dari hati yang bersih, hingga sesuai dengan firman Allah (yang artinya):
“Ya Rabb kami, sesungguhnya kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni diri kami dan tidak memberi rahmat kepada kami niscaya kami pasti termasuk orang-orang yang merugi.”( Al-A’raaf: 23)
dan seorang penyair berkata,
“Wahai Dzat yang tempat bertumpu segala harapan dan tempat berlindung dari segala yang menakutkan, manusia tidak mampu membetulkan tulang yang Engkau patahkan dan tidak kuasa meretakkan tulang yang Engkau betulkan.”
Ketahuilah wahai orang yang dijaga oleh Allah, bahwasannya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallamy yang telah terpelihara dari dosa, masih bertaubat kepada Allah ‘azza wa jalla dan memohon ampunan-Nya dalam sehari lebih dari seratus kali. Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhumaa ia berkata, ”Terhitung Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sebelum berdiri dari majelis, beliau mengucapkan seratus kali .”Yaa Allah, ampunilah aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat dan Maha Pengampun.”(H.R. Tirmidzi, hasan shahih). Sedangkan kalian wahai orang yang telah berlebihan dalam berbuat dosa dan maksiat, hingga sebagian dari kalian menganggap bahwasannya Allah tidak menerima taubatnya apabila ia bertaubat, saya katakan kepada kalian, jangan khawatir, pintu taubat masih terbuka untuk kalian semua.
Saya katakan ini kepada kalian dari lubuk hati yang mengharapkan kebaikan atas diri kalian dan orang-orang semacam kalian. Dengarkanlah, Allah subhaanahu wa ta’ala telah menyeru kepadamu dalam firman-Nya (yang artinya):
“Wahai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputu asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Rabbmu dan berserahdirilah kepada-Nya.”(Az-zumar: 53-54),
justru ketahuilah wahai saudaraku, sesungguhnya Allah subhaanahu wa ta’ala senang dengan taubatmu.
“Allah sangat senang dengan taubat hamba-Nya di kala bertaubat daripada salah seorang di antara kalian yang sedang naik kudanya di tanah yang tandus. Kemudian kuda itu melarikan diri dengan membawa perbekalannya, berupa makanan dan minumannya sehinga ia berputus asa. Kemuian ia mendatangi sebuah pohon dan merebahkan dirinya di bawah naungan pohon dan sudah dihinggapi putus asa memikiran kudanya. Di saat kalut seperti itu, tiba-tiba kudanya sudah berdiri di hadapannya. Dengan segera ia mengambil tali kekang kudanya, dan dengan gembira ia berkata,” Yaa Allah Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhan-Mu”, ia salah ucap karena kegembiraannya yan meluap.”(H.R. Bukhari dan Muslim).
Suatu hari ada seseorang yang datang kepada Nabi shalallahu ‘alahi wa sallam dan bertanya kepada beliau, ”Bagaimana jika seseorang melakukan semua perbuatan dosa tanpa satu pun dosa yang belum pernah ia lakukan, apakah ia masih bisa mendapat pengampunan? Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam balik bertanya, ”Sudahkah engkau masuk Islam?” Orang itu menjawab, ”Saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak untuk disembah selain Allah dan engkau adalah utusan-Nya.” Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda, ”Mulailah engkau mengerjakan berbagai kebajikan dan meninggalkan segala kejahatan, niscaya Allah akan menjadikan semua itu sebagai kebajikan bagimu.” Orang itu bertanya lagi, ”Apakah kesalahan dan kejahatan saya diampuni?” Beliau menjawab , ”Ya!” Orang itu segera bertakbir berulang-ulang hingga ia meninggalkan Nabi shalallahu ‘alahi wa sallam. *)
Wahai orang yang fakir di hadapan Tuhan, meski engkau kaya di duniamu, apalagi yang engkau inginkan setelah datangnya kabar gembira ini? Kembalilah kepada Tuhanmu, karena kembali kepada Tuhan itu lebih terpuji bagimu di dunia maupun di akherat. Di dunia mendapatkan ketenangan hati, kelapangan dan kemudahan rezeki.
“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.”(Ath-Thalaq: 2-3).
Bila ia tidak mendapatkan rezeki berbentuk harta , ia akan mendapatkan rezeki berbentuk bertambahnya keimanan. Sedang di akherat, ia mendapatkan:
“Surga ‘Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka. Di dalamnya mereka bertelekan (di atas dipan-dipan) sambil meminta buah-buahan yang banyak dan minuman di Surga itu. Dan pada sisi mereka (ada bidadari-bidadari) yang tidak liar pandangannya lagi sebaya umurnya. Inilah yang dijanjikan kepadamu pada hari hisab. Sesungguhnya ini adalah benar-benar rezeki dari Kami yang tiada habis-habisnya.”(Shaad: 50-54).
Allah berfirman dalam sebuah hadits qudsi:
“Wahai para hambaku, kalian semua tersesat kecuali yang aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepadaKu, niscaya Aku akan beri petunjuk.”(H.R.Muslim).
Saudaraku,--semoga Allah menerima taubat kita—renungkan cerita berikut ini. Ambillah hikmah dan pelajaran daripadanya, tetapi sebelumnya renungkanlah ayat berikut ini (yang artinya):
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepada mereka, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasiq.”(Al-Hadid: 16).
Saya pernah bertemu dengan seorang Syaikh yang shalih dan jujur, beliau ini berkata kepadaku, ” Di samping kami ada sebuah keluarga kecil, di antara anggota keluarganya ada seorang pemuda yang usianya baru mencapai sekitar duapuluh tahun. Ia sangat menyenangi lagu-lagu hingga ia jatuh cinta dengan seorang penyanyi perempuan.
Saya seringkali menasihatinya bila ada kesempatan. Kadang-kadang saya menakut-nakutinya dengan siksa Neraka, bila saya selesai menasihatinya, kadang air matanya mengalir, bahkan kadang-kadang menangis, lalu ia berjanji untuk tidak melakukan perbuatannya itu. Akan tetapi hal itu tidak berlangsung lama, karena kemudian ia mengingkari janjinya.”
Pada suatu malam, saya ceritakan kepadanya tenang Surga dan siksa Neraka, kemudian ia menangis sekeras-kerasnya hingga saya merasa kasihan kepadanya. Seorang penyair berkata,
“Mataku berlinang, menangisi diriku yang telah bermaksiat kepada Tuhan, siapa yang lebih berhak dari diriku dengan bersedih hati dari berbagai dosa yang terputus ujungnya
kau tak kuasa menghalangi maksiat dan dirimu tak takut terhadap Tuhanmu
kau bertaubat di pagi hari dan kau batalkan di sore hari
kau batalkan janji-Nya dari waktu ke waktu seakan-akan Allah tidak melihatnya.”
Saya merasa kali ini nasihat saya akan mampu mempengaruhinya, maka saya katakan kepadanya,” Kemarikan tanganmu!”, Ia pun memberikan tangannya kepada saya, dan saya katakan kepadanya,” Berjanjilah kepada Allah kemudian kepadaku untuk tidak mengulangi lagi perbuatan itu!”, Ia pun berkata , “ Saya berjanji kepada Allah kemudian kepada anda untuk tidak mengulangi lagi perbuatan itu.”
Pada pagi harinya ia datang kepada saya sambil membawa kaset-kaset lagu dan berkata kepada saya,” Ambillah kaset-kaset ini dan bakarlah, hancurkanlah atau terserah mau anda apakan, yang penting, bebaskan saya dari kaset-kaset ini, bebaskanlah saya dari penyakit hati yang telah melalaikan saya dari shalat dan mengingat Rabb bumi dan langit.” Saya pun berkata,” Maha suci Dzat yang membalikkan hati, katakan apa yang terjadi?”
Anak muda itu pun berkata kepada saya, “ Setelah saya meninggalkanmu tadi malam, saya langsung pulang ke rumah lalu tidur. Dalam tidur itu saya bermimpi berjalan di sebuah pantai. Tiba-tiba saya bertemu dengan salah seorang teman yang berkata kepada saya, “ Apakah engkau suka seorang wanita Fulanah?”, Saya pun menjawab, “ Ya!”, Ia berkata ,”Ia di sana sedang menyanyi.”, Saya pun segera berlari, berlari dan berlari karena ingin segera melihatnya, karena saya sangat mencintainya, ketika saya sudah kelelahan, saya sampai dan melihatnya sedang menyanyi. Saya sangat terkesan dengan wanita itu dan suaranya.
Ketika dalam keadaan demikian, tiba-tiba saya merasakan sebuah tangan yang memegang pundak saya, saya pun menoleh, yang terlihat adalah sebuah wajah yang bersinar seperti bulan purnama, dihiasi jenggot yang indah, tampak pada wajahnya cahaya kebaikan. Ia membacakan sebuah ayat kepadaku (yang artinya),
“Maka apakah orang yang berjalan di atas mukanya itu lebih banyak mendapat petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?”(Al-Mulk: 22).
Dia mengulang-ngulang ayat tersebut dengan suara merdu, dan mulai menangis hingga saya terpengaruh olehnya, maka mulailah saya menangis sambil mengulang-ngulang ayat itu, tiba-tiba saya terbangun sembari mengulang-ngulang ayat tersebut. Saya pun menangis kemudian ibu saya masuk. Sewaktu melihat saya menangis seperti itu ia pun terpengaruh dan ikut menangis bersama saya.
Syaikh berkata,” Setelah itu, anak muda tadi menjadi sangat benci dengan nyanyian dan mulai menyenangi membaca Al-Qur’an dan menikmatinya, saya bisa melihatnya dari air matanya yang mengalir dari kedua matanya ketika membaca membaca Al-Qur’an.”
Saudaraku catatlah baik-baik kisah taubat ini dengan pena kerinduan dan tinta air mata, berusahalah selalu mengutamakan untuk rendah hati menuju pintu ketenangan, mohonlah peningkatannya, terkadang permintaan itu dikabulkan. Menangislah atas segala dosa maupun sedikit syukur.
Maka ketahuilah bahwa seseorang itu mungkin saja berbuat dosa, namun ia akhirnya masuk Surga karena dosanya itu. Tahukah engkau, bagaiman hal itu bisa terjadi? Yang demikian itu bisa saja terjadi karena ia melakukan suatu perbuatan dosa, namun ia menyesali, menangis karena perbuatan itu, dan ia malu terhadap Rabbnya, menundukkan kepala di hadapan Rabbnya dengan hati yang hancur. Dosa sedemikian inilah yang menjadikan kebahagian seorang hamba dan keberuntungannya, bahkan bisa jadi lebih bermanfaat dari berbagai macam kebajikan, karena taubatnya dari dosa ini telah menjadikannya masuk Surga.
Wahai pendamba Surga, wahai orang yang takut akan siksa Neraka, inilah sekelompok cerita orang yang telah bertaubat, adakah engkau akan berjalan di belakang mereka?. Inilah sekumpulan orang-orang yang telah bertaubat, adakah hatimu juga bersama mereka?. Inilah orang yang memohon ampunan yang air matanya mengalir di wajah-wajah mereka, adakah wajahmu juga basah oleh air mata yang menjadikanmu segolongan dengan mereka?
Saudaraku, ini adalah ajakan yang jujur dari Allah ‘azza wa jalla, yang telah berfirman (yang artinya),
“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang beriman supaya kamu beruntung.”(An-Nuur: 31).
Sesuatu yang harus saya peringatkan juga kepada kalian, sebenarnya tidak ada manfaatnya bagi kalian untuk menghibur kesedihan kalian ini dengan cara mendengar lagu-lagu, atau melihat pertandingan sepak bola yang kadang kalah kadang menang, atau jalan-jalan kelua rumah, apalagi mencari kesenangan dengan perbuatan haram, sama sekali tidak ada manfaatnya, saudaraku itu bukanlah caramu. Itu cara-cara orang yang telah Allah ceritakan tentang mereka dalam ayat-Nya,
“Dan orang-orang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang dan Neraka adalah tempat tinggal mereka.”(Muhammad: 12)
Saudaraku, engkau jauh masih lebih baik dari mereka!, engkau diciptakan di dunia ini untuk suatu perkara yang agung, engaku dipersiapkan untuk menerima tanggung jawab yang besar. Seorang penyair berkata,
“Mereka telah mempersiapkan untukmu suatu perkara, jika engkau pintar, maka jauhkan dirimu dari kesia-siaan.”
Saudaraku,…
Jika tujuanmu sekarang tak lain dan tak bukan adalah keridhaan Yang Maha Esa dan Maha Perkasa, maka lihatlah kepada amal perbuatanmu, apakah amalmu itu menjadikan Rabbmu meridhaimu atau tidak? Jika keinginanmu sekarang adalah Surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, maka perhatikanlah apa yang telah engkau lakukan untuk menjadikanmu masuk Surga?
Renugkanlah dengan jujur dan ketahuilah bahwasannya mungkin saja engkau tidur dan tidak akan bangun lagi, atau mungkin saja engkau keluar dari rumahmu dan engkau tidak kembali lagi, atau kau kenakan pakaian yang tidak akan pernah kau buka lagi. Maka keadaan seperti apa yang engkau inginkan di saat engkau harus meninggalkan duniamu?
Saudarakau,…
Pada akhir renungan ini, saya ungkapkan kepadamu apa yang telah disabdakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam,
“Sesungguhnya Allah membuka tangan-Nya pada malam hari agar orang yang berbuat kejahatan pada siang hari mau bertaubat, dan Dia membuka tangan-Nya pada siang hari, agar orang yang berbuat kejahatan pada malam hari mau bertaubat.”(H.R. Muslim) *)
Akan tetapi ia mengamalkan syahadat dengan semua konsekuensinya, tidak sekedar mengucapkan dengan lisannya saja. hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bazaar dan Ath-Thabraani terdapat dalam kitab At-Targhib wa Tarhib karya Al-Mundziri
Diambil dari buku “Jagalah Dirimu” karya ‘Abdul Muhsin bin ‘Abdul Jabar hal 38-51 Penerbit DARUL HAQ Jakarta, dengan beberapa perubahan.
0 Response to "Apa yang Menghalangimu Bertobat"
Posting Komentar